Jumat, 17 April 2009

BELAJAR SEX, HAL YANG TABU ATAU PERLU...

“… Mama, aku kemaren liat mba-mba cuman pake celana dalem terus ‘ini’-nya (buah dada, red) di tutupin tangan ajah…”

“… Eh, gua kemaren ML lagi!! Tapi, yang ini beda lebih gimana gtuch! ‘dia’ keren banget dech, sampe gw abis tenaga…”

“… Kamu tau g??? waktu kita kemaren, kita iseng coba gaya baru, aku kayanya semakin horny, padahal baru sekali khan…”


Tabu gak sih, apabila saat ini kita belajar masalah sex??? Itulah pertanyaan utama yang sering menjadi kendala kita untuk mengetahui dan belajar masalah mengenai seksualitas. Padahal kalau kita pahami, sex merupakan sebuah proses yang berlangsung secara terus menerus sejak seorang bayi lahir si dunia ini sampai akhirnya meninggal. Sebuah proses yang memperlihatkan hubungan yang erat antara aspek fisik (sistem reproduksi) dengan aspek psikis dan sosial yang muncul dalam bentuk perilaku atau tindakan, serta merupakan bagian integral dari kehidupan manusia itu sendiri.

Akan tetapi, dewasa ini pemahaman akan sex telah mengalami pereduksian makna, baik secara arti dari seksualitas disempitkan hanya pada aspek fisik saja, yaitu hubungan seks atau hubungan badan. Akibatnya seksualitas menjadi permasalahan yang tabu dibicarakan terutama di lingkungan keluarga begitu juga di lingkungan sekitar kita tinggal. Seksualitas cenderung tidak diakui sebagai sesuatu yang alamiah dan hanya sah dibicarakan dalam lembaga perkawinan.

Namun, situasi ini sangat mempengaruhi perkembangan seksualitas remaja itu sendiri yang sedang berada pada puncaknya rasa ingin tahu. Di satu sisi remaja berada pada masa gejolak seks yang besar disisi lain mereka diharuskan mampu menguasai gejolak tersebut tanpa tahu bagaimana cara mengelolanya.

Dari sejumlah penelitian, pada diusia remaja seseorang akan dihadapkan dengan berbagai permasalahan mengenai sex yang cukup berat. Mulai dari masalah pacaran, perilaku seks, kehamilan tidak diinginkan, orientasi seksual, body image, dan mitos-mitos seks. Permasalahan seperti ini, disebabkan oleh telah berfungsinya alat reproduksi dan sistem hormonal dengan baik dan alamiah, yang secara tidak langsung dapat meningkatkan rasa ingin tahu seorang remaja akan permasalahan sex. Tapi sayangnya, rasa ingin tahu mereka(remaja, red) justru disalurkan pada hal-hal yang negatif, seperti mencari informasi dari sumber-sumber pornografi (baik secara visual, audio, bahkan keduanya), dan kemudian mempraktekkan dengan diri sendiri, pacar, teman, atau orang lain.

Oleh karena itu, remaja perlu diperkenalkan akan pendidikan seks sejak dini yang benar dan sehat melalui seminar atau konseling-konseling yang tersedia. Dengan demikian, remaja dapat memahami bahwa seksualitas bukan hanya secara fisik saja, tapi juga dibentuk dari dimensi lainnya (psikis dan sosial), dimana idealnya ke-2 dimensi tersebut berada dalam kondisi yang sehat. Sehingga dalam cita-citanya, memungkinkan munculnya remaja yang bertanggung jawab yaitu remaja yang berperilaku seksual sehat. Dan terbebas dari pengaruh pergaulan sex bebas.
(Andri - berbagai sumber)

LOVE SHALL SET YOU FREE . . .

Dengan kisah yang benar – benar berbeda,

Tak termakan cinta & percaya,

Mampu belajar terbang tanpa di Bantu siapa – siapa,

Berawal dari satu getar sel abu – abu,


(Inilah saatnya sekawanan biola menagalun masuk)
(Terlalu cepat, tak ada yang bias di sembunyikan, termaksuk cinta emas polos yang melingkar dari hati kecilku)

(Inilah saatnya piano itu kembali mengalun mengiringi langkah – langkahnya yang ringan & penuh sukacita)
(Alunan biola telah kembali terdengar)


LOVE SHALL SET YOU FREE . . .


KUTIPAN: DEWI "DEE" LESTARI -SUPERNOVA-

Banner.... Blog.... Blog.... Blog.... ~.O