Beberapa produk seperti lampions dengan berbagai macam ukuran, tirai-tirai rumah, miniatur kendaraan ia produksi sendiri dari tangannya yang sangat terampil. Ia mengaku, saat ini semua produksi lampions daur ulangnya diproduksi jika ada pesanan saja. Produksi lampionsnya setidaknya sudah menembus pasar Hongkong.
"Pasar yang saya incar seperti cafe, perumahan, lokasi kost dan lain-lain," kata Bob
Saat ini semua pesanan yang ia perolehnya umumnya masih dari mulut ke mulut, semua penjualan produknya tidak melalui gerai khusus. Bagi pemesan yang berminat umumnya langsung mendatangi rumahnya di Kebon Jeruk.
Bob mengatakan dalam sebulan ia mampu memproduksi lampions hingga 300 unit dengan omset Rp 20 juta, ini terjadi jika Bob sedang mendapat orderan penuh dari para pemesan.
"Bisnis ini untungnya gede, tapi ngggak rutin ordernya misalnya Coca Cola salah satu pelanggan saya, yang membeli untuk dikirim ke Hong Kong," katanya.
Lulusan IISIP Jakarta tahun 1980 ini, mengakui untuk menghasilan produk-produk bernilai tinggi, ia hanya memerlukan bahan baku dari lapak-lapak pemulung. Harga bahan baku botol plastik bekas rata-rata Rp 4000 per kg atau sekitar 10 botol, yang bisa diolah menjadi satu produk lampions.
Bob yang mengklaim namanya dari kependekan dari kata Bantu Orang Banyak (BOB) ini, tidak memerlukan modal besar untuk menjalankan bisnis ini. Hanya dengan bahan-bahan seperti pisau cutter, gunting dan cat, ia sudah bisa menjalankan bisnis ini.
"Sayangnya apresiasi masyarakat terhadap barang daur ulang masih menganggap remeh, mereka masih melihat bahan, bukan pada proses," katanya.
Kemampuan mengolah sampah ini ia juga turunkan kepada anak-anak sekolah dasar, Bob sempat mengajar di beberapa sekolah dasar di wilalayah Jakarta Barat. Pria yang suka mengutak-atik kata ini punya pandangan sendiri terkait makna kata Lampions yaitu berasal dari kepanjangan kata Langkah Alternatif Mengatasi Pengangguran Ikhlas Optimis Niat Sejahtera (LAMPIONS).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar